Belum genap dua musim bergabung di Barcelona, Cesc Fabregas sudah merasa gelisah. Jarang mendapat tempat di tim utama menjadi alasan terdepan buat sang pemain. Skema pelatih baru Barcelona, Tito Vilanova, menjadi kegundahan utama Cesc.
Memulai lembaran baru musim 2012-13, Fabregas mulai terpinggirkan dari tim inti El Barca. Indikasi ini terlihat jelas dalam dua leg laga Piala Super Spanyol. Di pertemuan pertama kontra Real Madrid, Fabregas hanya masuk sebagai pemain pengganti.
Situasi semakin keruh di pertemuan kedua. Bahkan, di pertandingan ini, mantan kapten Arsenal itu sama sekali tidak dimainkan oleh sang entrenador, Tito Vilanova. Situasi ini berbanding terbalik di tahun pertama kedatangannya, Fabregas selalu menjadi pilihan utama pelatih Barcelona saat itu, Josep Guardiola.
Buat Fabregas, label pemain cadangan identik dengan pemain yang penampilannya di bawah performa. "Tidak ada pemain pengganti yang bagus di sepakbola. Saya tidak bisa menjelaskan, kepada Anda pemain cadangan terbaik itu seperti apa," ketus pemain 25 tahun tersebut.
Meski kecewa, Fabregas tidak ingin memperlihatkan perasaan tersebut di hadapan rekan satu timnya, termasuk kepada sang pelatih. “Sampai saat ini, saya selalu berharap memberikan yang terbaik untuk Barcelona dan selalu menunjukkan wajah bahagia. Jika rasa tidak senang ini saya bawa hingga ke rumah, tidak jadi masalah," ujar Fabregas.
Hanya satu harapan Fabregas saat ini, tampil dalam satu pertandingan penuh selama 90 menit. Buat jebolan Akademi La Masia tersebut, sebuah kehormatan bisa tampil di reguler di tim utama Barcelona.
“Saya datang ke sini untuk bersaing, belajar dan menikmati permainan. Bukan hanya datang, duduk, diam. Saya akan terus berusaha sampai hal ini berubah," Fabregas menegaskan.
Tetap Pemain Penting
Rasa penasaran Fabregas jarang dimainkan oleh Vilanova mulai terkuak. Permainan lebih ke dalam Lionel Messi membuat Fabregas kehilangan pengaruhnya. Meski belum terbukti benar, media Spanyol menyebut skema permainan Vilanova tersebut membuat Fabregas harus menepi.
Apalagi, Fabregas harus bersaing dengan pemain baru Barcelona sekaligus mantan rekan satu timnya di Arsenal, Alexander Song, yang beroperasi sebagai gelandang jangkar. Tapi, menurut rekan satu timnya, Xavi Hernandez, pemain asli Catalan itu tetap sosok yang masih memberikan nilai tambah buat Azulgrana.
Pemasok umpan buat pemain depan Barcelona itu memandang, Fabregas bisa secepatnya menemukan performa puncaknya. Pemain yang didatangkan Barcelona dengan banderol besar itu belum habis.
"Dia sosok penting bagi tim," kata Xavi dilansir Marca. "Dia juga pemain yang mampu membuat perbedaan sepanjang musim lalu dan mencetak beberapa gol penting,” Xavi melanjutkan.
Hingga memasuki pekan ketiga La Liga, Fabregas belum memberikan pengaruh signifikan. Akibatnya, Fabregas tidak leluasa memberikan assist dan mencetak gol. "Saya ingin lebih banyak bermain. Tetapi sulit, saya bermain dengan tim terbaik," tegas Fabregas.
Kontras Dengan Musim 2011-12
Situasi tersebut kontras saat Fabregas baru tiba di Barcelona pada musim panas 2011 dari Arsenal. Mantan ikon Emirates Stadium itu langsung memberikan kontribusi optimal buat tim barunya. Fabregas langsung memberikan gelar Piala Super Spanyol.
Sebuah momen yang berkesan buat Fabregas, mengingat hampir tujuh musim dia hanya mampu memberikan gelar berupa Piala FA pada 2005 dan Community Shield setahun sebelumnya. Grafik permainan menjanjikan tersebut, membuat Guardiola tidak ragu memasang Fabregas sebagai starter di setiap laga yang dilakoni Barcelona.
Sepanjang musim lalu, Fabregas tampil di 28 pertandingan. Padahal, Fabregas mengaku sempat tidak sejalan dengan strategi yang diterapkan Guardiola." Selama di bawah komando Guardiola, saya tidak pernah benar-benar merasa cocok dengan sistemnya. Vilanova telah mengenal saya sejak saya masih kecil. Kami bertemu ketika saya masih berusia 13 tahun," cetusnya.
"Saya bermain di gaya sepakbola yang berbeda jadi sulit beradaptasi dengan cepat. Bermain sebagai pemain tengah sangat sulit karena saya perlu lebih banyak mobilitas dan tidak bisa berlari hanya beberapa meter saja," sambungnya.
Walau mengaku sempat merasa tidak cocok, kenyataannya, Fabregas mampu menyumbangkan sembilan gol. Edisi 2011-12, Fabregas turut menyumbang banyak gelar. Selain Piala Super Spanyol, pemain kelahiran 4 Mei 1987 itu mempersembahkan Piala Raja, Piala Dunia Antarklub dan Piala Super Eropa.
Kini mampukah, Fabregas keluar dari situasi sulit? Tidak lagi gelisah dan selalu menjadi pilihan Vilanova mengarungi ketatnya musim kompetisi edisi 2012-13.